Idiopathic Thrombocytopenic purpura (ITP) merupakan penyakit yang cenderung menyerang wanita. Penderita harus hidup ekstra hati-hati,menghindari pencetus kekambuhan. Sebab salah langkah sedikit saja bisa menyebabkan pendarahan hebat.
S
ecara harafiah, idiopathic berarti tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki keping darah (trombosit). Trombosit berperan dalam pembekuan darah. Sedangkan purpura berarti luka memar.
Secara medis ITP diartikan suatu kelainan pada sel pembekuan darah, yakni trombosit yang jumlahnya menurun sehingga menimbulkan pendarahan. Pendarahan yang terjadi umumnya pada kulit berupa bintik merah hingga ruam kebiruan. Selain itu terkadang bisa terjadi mimisan dan gusi berdarah.
Menurut dr.Imran Nito,SpPD,penyebab dari ITP tidak diketahui dengan pasti. Mekanisme yang terjadi melalui pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati. Normalnya seseorang memiliki trombosit 150-450 ribu per mikroliter darah. Pada penderita kelainan ini jumlah trombosit turun jauh dari normal, bisa hanya 20 ribu atau 25 ribu per mikroliter darah.
ADA DUA JENIS
ITP ada dua jenis, yakni ITP akut dan kronik.Untuk membedakan antara keduanya ialah batasan waktu. Jika sembuh di bawah 6 bulan disebut akut. Sedangkan bila lebih dari 6 bulan disebut kronik.
ITP akut sering terjadi pada anak-anak usia 2-8 tahun, akan sembuh dalam waktu 6 bulan. Sedangkan ITP kronik biasanya menyerang wanita usia reproduksi, yakni di bawah 35 tahun. Namun belakangan ITP juga bisa menimpa pria. Hanya, prosentasenya sangat kecil, sekitar dua persen. Tidak diketahui dengan pasti mengapa penyakit ini lebih sering menyerang wanita.
Sekalipun sering ditemukan pasien ITP, tetapi hingga sekarang di Indonesia belum ada data resmi tentang jumlah penderita ITP.
Kelainan ini ditandai adanya pendarahan di kulit berupa bintik-bintik merah hingga ruam kebiruan. Jika kondisinya berat bisa terjadi mimisan atau gusi berdarah. Menegakkan diagnosis ITP dengan pemeriksaan laboratorium. Dari hasil laboratorium itu akan diketahui jumlah trombosit menurun dan pada pemeriksaan BMP (bone marrow puncture) terdapat sel megakariosit.
MIRIP DEMAM BERDARAH
Menurunnya jumlah trombosit pada penderita ITP, orang awam sering menyalahtafsirkan sebagai demam berdarah.Hal itu terjadi sebab penyakit populer yang ditandai penurunan jumlah trombosit, tetapi keduanya sangat berbeda. Karena itu jangan sampai salah membedakan ITP dengan demam berdarah.
Yang membedakan antara keduanya ialah proses terjadinya kerusakan trombosit. Kerusakan trombosit pada demam berdarah disebabkan adanya infeksi kuman dengue. Kuman ini ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aegypti betina. Sedangkan kerusakan trombosit pada ITP karena diserang oleh zat antibodi yang dibentuk oleh tubuh sendiri sehingga jumlah trombosit menjadi berkurang.
Pembeda lainnya, pada ITP gejalanya berupa bercak-bercak kemerahan atau ruam kebiruan di kulit. Sedangkan demam berdarah bila sudah parah berupa bintik-bintik merah terutama di badan.
Sementara pada demam berdarah, penderita mengalami demam dan penurunan trombosit tapi berangsur normal dalam delapan hari. Jika trombosit rendah lebih dari delapan hari, harus dipikirkan kemungkinan yang lain. Salah satunya ITP.
PENGOBATAN
ITP jarang menyebabkan kematian. Kecuali pada trombosit rendah, pasien terpeleset dan jatuh sehingga terjadi pendarahan otak. Risiko yang paling buruk terjadi ialah pendarahan, misalnya mimisan. Hal itu akan cepat teratasi jika segera mendapat pengobatan.
ITP umumnya tidak memerlukan pengobatan serius. Tetapi bila terjadi pendarahan dan jumlah trombosit menurun hingga di bawah 20 ribu mikro liter maka dianjurkan untuk transfusi trombosit.
Pengobatan lain yang dapat diberikan adalah dengan pemberian kortikosteroid, dan obat ini dihentikan bila jumlah trombosit sudah meningkat.
Penderita ITP perlu menghindari obat-obatan yang dapat meningkatkan terjadinya pendarahan, seperti aspirin. Perlu juga menghindari benturan yang membuat luka.
Bila jumlah trombosit sudah normal, penderita akan kembali bugar seperti sediakala dan mampu melakukan aktivitas seperti biasa. Namun penderita harus tetap waspada. Penyakit ini mudah sekali kambuh.
Pemicu kekambuhan adalah kecapekan dan stres. Karena itu sekiranya penderita ingin bekerja, hindari kecapekan. Bila sudah terasa letih sebaiknya istirahat dulu sebentar, dan bila tubuh sudah bugar bekerja kembali. Juga hindari stres. Itulah sebabnya penderita sebaiknya tidak bekerja di tempat yang tongkat stresnya tinggi. (HH)
Sumber: majalah wanita kartini No.2236
22 Januari s/d 5 Februari 2009
Enil Rawatina Purba
Sabtu, 30 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar